KOMUNIKASI ORGANISASI
Komunikasi organisasi
pada umumnya membahas tentang struktur
dan fungsi organisasi,
hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian serta budaya organisasi.Komunikasi
organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat
hubungannya saling bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal
dan horisontal.
Menurut Katherine
Miller (2005), di dalam tradisi teori kritikal merasakan suatu tanggungjawab
tetapi tidak mudah menggambarkan di dalam dunia masyarakat (meskipun mereka
mahu melihat gambaran itu merupakan satu langkah pertama yang penting di dalam
proses teoritikal) tetapi untuk bekerja sebagai agen yang aktif di dalam
perubahan yang radikal di dalam masyarakat.
Dalam bukunya yang
berjudul “Communication Theories, Prespectives, Process and Contexts”,
Katherine Miller mengatakan bahwa sebuah prespektif adalah sebuah cara untuk
memandang atau melihat sebuah fenomena yang khusus. Dalam kaitannya dengan
teori ilmu komunikasi, prespektif adalah bagaikan sebuah lensa dimana
kita dapat melihat dan meneropong sebuah proses komunikasi. Barnett Pearce
mengartikan perspektif sebagai satu cara melihat atau memikirkan sesuatu.
Katherine Miller
mengatakan: 'conceptualizations of communication have been abundant and have
changed substantially over the years." Konsep komunikasi sudah banyak
sekali, berubah-ubah setiap waktu, menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
PENDEKATAN KLASIK
Pendekatan Klasik (classical approach) disebut juga dengan Pendekatan
Tradisional (traditional approach) atau Pendekatan Konvensional
(conventional approach). Metodologi Pendekatan Klasik mengembangkan
sistem dengan mengikuti tahapan-tahapan pada System Life Cycle.
Pendekatan ini menekankan bahwa pengembangan akan berhasil bila
mengikuti tahapan pada System Life Cycle.
Permasalahan-permasalahan yang dapat timbul pada Pendekatan
Klasik adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan perangkat lunak akan menjadi sulit
Pendekatan klasik kurang memberikan alat-alat dan teknik-teknik di dalam
mengembangkan sistem dan sebagai akibatnya proses pengembangan
perangkat lunak menjadi tidak terarah dan sulit untuk dikerjakan oleh
pemrogram. Lain halnya dengan pendekatan terstruktur yang memberikan
alat-alat seperti diagram arus data (data flow diagram), kamus data (data
dictionary), tabel keputusan (decision table). diagram IPO, bagan
terstruktur (structured chart) dan lain sebagainya yang memungkinkan
pengembangan perangkat lunak lebih terarah berdasarkan alat-alat dan
teknik-teknik tersebut.
2. Biaya perawatan atau pemeliharaan sistem akan menjadi mahal
Mahalnya biaya perawatan pada pendekatan sistem klasik disebabkan
karena dokumentasi sistem yang dikembangkan kurang lengkap dan
kurang terstruktur. Dokumentasi ini merupakan hasil dari alat-alat dan
teknik -teknik yang digunakan. Karena pendekatan klasik kurang didukung
oleh alat-alat dan teknik-teknik, maka dokumentasi menjadi tidak lengkap
dan walaupun ada tetapi strukturnya kurang jelas, sehingga pada waktu
pemeliharaan sistem menjadi kesulitan.
3. Kemungkinan kesalahan sistem besar
Pendekatan klasik tidak menyediakan kepada analis sistem cara untuk
melakukan pengetesan sistem, sehingga kemungkinan kesalahankesalahan
sistem akan menjadi lebih besar.
4. Keberhasilan sistem kurang terjamin
Penekanan dari pendekatan klasik adalah kerja dari personil-personil
pengembang sistem, bukan pada pemakai sistem, padahal sekarang
sudah disadari bahwa dukungan dan pemahaman dari pemakai sistem
terhadap sistem yang sedang dikembangkan merupakan hal yang vital
untuk keberhasilan proyek pengembangan sistem pada akhirnya.
Mulai awal tahun 1970 muncul suatu pendekatan baru disebut dengan
Pendekatan Terstruktur. Pendekatan ini pada dasarnya mencoba
menyediakan kepada analis sistem dengan alat-alat dan teknik-teknik untuk
mengembangkan sistem disamping tetap mengikuti ide dari system life cycle.
Pendekatan Klasik (classical approach) disebut juga dengan Pendekatan
Tradisional (traditional approach) atau Pendekatan Konvensional
(conventional approach). Metodologi Pendekatan Klasik mengembangkan
sistem dengan mengikuti tahapan-tahapan pada System Life Cycle.
Pendekatan ini menekankan bahwa pengembangan akan berhasil bila
mengikuti tahapan pada System Life Cycle.
Permasalahan-permasalahan yang dapat timbul pada Pendekatan
Klasik adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan perangkat lunak akan menjadi sulit
Pendekatan klasik kurang memberikan alat-alat dan teknik-teknik di dalam
mengembangkan sistem dan sebagai akibatnya proses pengembangan
perangkat lunak menjadi tidak terarah dan sulit untuk dikerjakan oleh
pemrogram. Lain halnya dengan pendekatan terstruktur yang memberikan
alat-alat seperti diagram arus data (data flow diagram), kamus data (data
dictionary), tabel keputusan (decision table). diagram IPO, bagan
terstruktur (structured chart) dan lain sebagainya yang memungkinkan
pengembangan perangkat lunak lebih terarah berdasarkan alat-alat dan
teknik-teknik tersebut.
2. Biaya perawatan atau pemeliharaan sistem akan menjadi mahal
Mahalnya biaya perawatan pada pendekatan sistem klasik disebabkan
karena dokumentasi sistem yang dikembangkan kurang lengkap dan
kurang terstruktur. Dokumentasi ini merupakan hasil dari alat-alat dan
teknik -teknik yang digunakan. Karena pendekatan klasik kurang didukung
oleh alat-alat dan teknik-teknik, maka dokumentasi menjadi tidak lengkap
dan walaupun ada tetapi strukturnya kurang jelas, sehingga pada waktu
pemeliharaan sistem menjadi kesulitan.
3. Kemungkinan kesalahan sistem besar
Pendekatan klasik tidak menyediakan kepada analis sistem cara untuk
melakukan pengetesan sistem, sehingga kemungkinan kesalahankesalahan
sistem akan menjadi lebih besar.
4. Keberhasilan sistem kurang terjamin
Penekanan dari pendekatan klasik adalah kerja dari personil-personil
pengembang sistem, bukan pada pemakai sistem, padahal sekarang
sudah disadari bahwa dukungan dan pemahaman dari pemakai sistem
terhadap sistem yang sedang dikembangkan merupakan hal yang vital
untuk keberhasilan proyek pengembangan sistem pada akhirnya.
Mulai awal tahun 1970 muncul suatu pendekatan baru disebut dengan
Pendekatan Terstruktur. Pendekatan ini pada dasarnya mencoba
menyediakan kepada analis sistem dengan alat-alat dan teknik-teknik untuk
mengembangkan sistem disamping tetap mengikuti ide dari system life cycle.
Implikasi Pendekatan Klasik dalam Organisasi
Implikasi
menekankan isi dari komunikasi adalah tentang pengerjaan tugas atau bagaimana
pekerjaan dilakukan.komunikasi yang dapat dikatakan paling bawah atau dagkal
dalam sebuah organisasi. Ada tiga jenis komunikasi dalam organisasi, ketiganya
komunikasi yang berkaitan dengan tugas, berkaitan tentang inovasi yang
berkaitan erat dengan pengungkapan ide-ide baru dan berhubungan dengan
pemeliharaan yang biasanya berkaitan dengan hubungan antara manusia. Saluran
komunikasi yang biasanya digunakan dalam pendekatan ini lebih banyak tertulis
berupa form buku kerja, nstruksi, pernyataan misi, aturan dan evaluasi kinerja.
Gaya komunikasi formal merupakan cerminan komunikasi pendekatan ini, panggilan
pun juga formal dengan memanggil Ibu/Bapak. Bahasa tertulis dan juga lisan
sangat formal, menghindari slang atau bahkan ekspresi komunikasi dilakukan
dengan bahasa tingkat tinggi. Gaya komunikasi formal ini ternyata juga tercemin
dalam bahasa non verbal misalnya gaya berpakaian.
PENDEKATAN HUMAN RESOURCES
Pendekatan sumber daya
manusia menyatakan bahwa manusia pada dasarnya bersifat social dan ingin
mengaktualisasikan dirinya.
Menurut pendekatan ini, ditempat kerja orang berusaha untuk memuaskan kebutuhan sosialnya, memberikan reaksi tekanan dari kelompok serta berusaha memenuhi kebutuhan pribadi. Pendekatan ini muncul untuk merevisi teori manajemen klasik yang ternyata tidak sepenuhnya menghasilkan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja. Para ahli selanjutnya melengkapi teori manajemen klasik dengan menerapkan sosiologi dan psikologi dalam manajemen. Hubungan manusiawi (human relations) pada umumnya mengacu pada suasana kerja yang berasal dari hubungan antara manajer dengan karyawan. Jika hubungan manusia pada suatu organisasi efektif, maka suasana kerja akan mendorong semangat kerja dan keharmonisan suasana kerja.
Menurut pendekatan ini, ditempat kerja orang berusaha untuk memuaskan kebutuhan sosialnya, memberikan reaksi tekanan dari kelompok serta berusaha memenuhi kebutuhan pribadi. Pendekatan ini muncul untuk merevisi teori manajemen klasik yang ternyata tidak sepenuhnya menghasilkan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja. Para ahli selanjutnya melengkapi teori manajemen klasik dengan menerapkan sosiologi dan psikologi dalam manajemen. Hubungan manusiawi (human relations) pada umumnya mengacu pada suasana kerja yang berasal dari hubungan antara manajer dengan karyawan. Jika hubungan manusia pada suatu organisasi efektif, maka suasana kerja akan mendorong semangat kerja dan keharmonisan suasana kerja.
Implikasi Human Resources dalam Organisasi
Pendekatan ini
membuka berbagai saluran komunikasi yang dianggap sesuai dan memilih serta
menggantikan lebih dari satu saluran untuk mengkomunikasikan sebuah pesan.
Contoh misalnya, informasi kenaikan gaji dapat disampaikan dengan cara memo dan
tatap muka melalui pertemuan, dan lain-lain.
Mengenai
gaya komunikasi yang digunakan lebih banyak informal meskipun formalpun tetap
dilakukan. Hal ini sejalan dengan tujua dari pendekatan ini adalah selain
memaksimalkan produktivitas melalui keunikan masing-masing individu, yang
berarti meningkatkan efektifitas organisasi sekaligus memenuhi harapan dari
anggota. Pada sisi pemenuhan harapan dari anggota, gaya komunikasi
informaldianggap lebih baik daripada formal karena dengan informal
bawahan/anggota lebih merasa nyaman dalam memberikan pendapat. Tetapi seperti
telah disebutkan bahwa para atasan juga tetap menggunakan gaya komunikasi
formal untuk kondisi tertentu yang dianggap perlu.
Penerapan Pendekatan Human Resources dalam
Organisasi
Organisasi
dewasa ini banyak yang mengadopsi pendekatan ini karena dilihat sangat ideal
untuk menjalankan organisasi kontemporer. Pandangannya tentang dua sisi yang
memperhatikan efektifitas organisasi tetapi tidak melupakan kepuasan karyawan
dianggap sangat memadai bagi perkembangan sebuah organisasi. Keterlibatan
disini adalah proses pemberian kesempatan pada karyawan untuk berpartisipasi
untuk menggunakan dan mencurahkan seluruh kemampuannya, hal tersebut didesain
untuk meningkatkan komitmen karyawan baik individu maupun kelompok dalam rangka
meningkatkan keberhasilan organisasi.
PENDEKATAN HUMAN RELATION
Hubungan antar manusia mendasari interaksi dan
komunikasi antara bidan dengan pasien dalam pelayanan kebidanan.
Ciri
hakiki “Human Relations“, yaitu:
1. Proses
rohaniah yang tertuju kepada “kebahagiaan” berdasarkan watak, sifat, perangai,
kepribadian, sikap, tingkah laku, dan lain-lain.
2. Aspek
kejiwaan yang terdapat pada diri manusia.
Proses rohaniah dengan perasaan bahagia ini
berlangsung pada “Komunikasi Antar Personal”. Karena sifatnya “dialogis“, maka
masing-masing tahu, sadar, dan merasakan efeknya.
Human Relation dalam arti luas :
Komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang
kepada orang lain secara tatap muka dalam segala situasi dan dalam semua bidang
kehidupan, sehingga menimbulkan kebahagiaan dan kepuasaan hati pada kedua belah
pihak.
Suksesnya seseorang dalam melaksanakan “Human
Relations” karena ia berkomunikasi secara etis, ramah, sopan, menghargai, dan
menghormati orang lain.
Human Relations ini dilakukan dimana saja —> di
rumah, pasar, kampus, toko, dalam bis, kereta api, dan sebagainya.
Implikasi pendekatan
human relation dalam organisasi
Seperti
halya pada pendekatan-pendekatan sebelumnya, akan dilihat implikasi dari
pendekatan ini dengan komunikasi organisasi. Yang pertama adalah mengenai isi
komunikasi. Pada pendekatan ini komunikasi yang berkaitan dengan tugas tetap
ada tetap diikuti dengan komunikasi yang dapat meningkatkan kualitas hubungan
antar manusia dalam organisasi. Kedua mengenai aliran informasi aliran vertikal
tetap diperlukan tetapi pada pendekatan ini aliran komunikasi horisontal lebih
ditingkatkan ato didukung untuk dilakukan.
Selanjutnya
tentang saluran komunikasi, komunikasi tatap muka menjadi pusat perhatia dalam
pendekatan ini. Komunikasi tatap muka dianggap mampu mewakili saluran yang
digunakan untuk saling menghubungkan orang-orang karena kehadiran sosial mampu
menghadirkan emosi dan sosial dalam berkomunikasi. Terlebih lagi komunikasi
tertulis seperti pada pendekatan klasik memang kurang mamou mengungkapkan
petunjuk non verbal dan juga umpan balik yang segera.
Gaya
komunikai lebih informal dibanding pendekatan klasik. Hal ini muncul karena
dalam pendekatan human relation ini ditentukan tentang perlunya bersosialisasi
dalam organisasi untuk menjawab keinginan berafiliasi anggota. Mengenai hubungan
antara atasan dan bawahan, apabila perbedaan status dapat diperkecil maka
kepuasan akan terbentuk.
Penerapan Human Relation dalam Komunikasi Organisasi
Pada organisasi dewasa
ini hubungan antara atasan dan bawahan banyak yang menganut pendekatan ini.
Hampir jarang terlihat atasan memperlakukan bawahan seperti budak bahkan dalam
pekerjaan yang memang diikuti oleh hubungan majikan dan budak, misal hubungan
dalam pekerjaan dalam organisasi seperti rumah tangga antara pembantu dan
majikan, pekerja dan mador di perkebunan, dll.
Kesimpulan:
Proses interaksi melibatkan perasaan, kata yang
diucapkan dalam komunikasi, mencerminkan perasaan dan sikap, proses penyesuaian
diri. Hubungan antar manusia secara luas mencoba menemukan, mengidentifikasi
masalah dan membahas untuk mendapatkan pemecahan masalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar